WE ARE OPEN EVERY DAY  09:00 – 21:00

Sakit gigi sering dianggap sepele karena diyakini bisa hilang dengan obat pereda nyeri. Tapi, bagaimana jika sakit gigi tak kunjung sembuh, apa obatnya? Banyak orang sudah mencoba berbagai pereda nyeri, bahkan sudah minum Cataflam tapi gigi masih sakit. Faktanya, obat hanya mengurangi rasa sakit sementara, bukan menyembuhkan penyebab utamanya.
Ilustrasi Sakit Gigi

 

Sakit gigi sering dianggap sepele karena diyakini bisa hilang dengan obat pereda nyeri. Tapi, bagaimana jika sakit gigi tak kunjung sembuh, apa obatnya? Banyak orang sudah mencoba berbagai pereda nyeri, bahkan sudah minum Cataflam tapi gigi masih sakit. Faktanya, obat hanya mengurangi rasa sakit sementara, bukan menyembuhkan penyebab utamanya.

Pertanyaannya, kenapa sakit gigi tidak sembuh-sembuh meski sudah minum obat? Jawabannya: ada kondisi serius yang harus ditangani langsung oleh dokter gigi. Mari kita bahas 5 penyebab paling umum sakit gigi berkepanjangan yang perlu kamu waspadai.

 

5 Penyebab Paling Umum Sakit Gigi

1. Gigi Berlubang yang Sudah Dalam (hingga saraf gigi)

Gigi berlubang merupakan penyebab sakit gigi paling sering. Namun, ketika lubang sudah mencapai lapisan terdalam ke saraf gigi atau pulpa, rasa sakit bisa sangat parah

Gejala khas

    1. Rasa ngilu atau nyeri tajam saat makan/minum manis, panas, atau dingin.
    2. Nyeri menetap bahkan setelah rangsangan hilang.
    3. Lubang terlihat jelas pada gigi, kadang disertai perubahan warna hitam/coklat.

Kenapa obat tidak mempan?

Obat pereda nyeri hanya menenangkan saraf sebentar. Tapi karena lubang sudah mencapai jaringan saraf yang lebih dalam, gigi tetap terinfeksi. Solusinya adalah perawatan saluran akar atau pencabutan gigi jika kondisi gigi sudah tidak dapat dipertahankan.

Tips mencegah

Rutin sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dan rutin periksa gigi setiap 6 bulan sekali.

 

2. Abses Gigi (Infeksi Bernanah)

Jika sakit gigi terasa berdenyut, makin parah di malam hari, disertai gusi bengkak atau bernanah, bisa jadi itu adalah abses gigi. Kondisi ini terjadi ketika infeksi dari gigi berlubang yang sudah menyebar hingga ke akar gigi dan jaringan sekitarnya.

Gejala khas

    1. Nyeri hebat, terasa berdenyut.
    2. Gusi bengkak, kadang ada benjolan bernanah.
    3. Bau mulut menyengat.
    4. Bisa disertai demam atau bengkak di wajah.

Kenapa obat tidak mempan?

Rasa sakit pada abses tidak akan hilang hanya dengan obat pereda nyeri. Infeksi perlu diatasi dengan antibiotik dan perawatan ke dokter gigi.

Tips mencegah

Jangan biarkan gigi berlubang tidak dirawat. Semakin lama dibiarkan, risiko abses gigi akan semakin besar.

 

3. Impaksi Gigi Bungsu

Gigi bungsu (gigi geraham ketiga) sering tumbuh miring atau terjebak dalam gusi. Inilah yang disebut impaksi gigi bungsu. Masalah ini sangat umum, terutama pada usia 17 – 25 tahun.

Gejala khas

      1. Nyeri berulang di bagian belakang rahang.
      2. Gusi sekitar gigi bungsu bengkak dan sulit dibersihkan.
      3. Kadang sakit bisa menjalar ke telinga atau kepala.

Kenapa obat tidak mempan?

Karena sumber masalahnya adalah posisi gigi yang tidak normal. Obat hanya menenangkan sementara, tapi rasa sakit akan terus kambuh. Dokter gigi akan menyarankan pencabutan gigi bungsu melalui prosedur odontektomi atau bedah kecil.

Tips mencegah

Rutin kontrol ke dokter gigi sejak remaja untuk memantau pertumbuhan gigi bungsu dengan rontgen panoramik.

 

4. Penyakit Gusi (Periodontitis)

Banyak orang mengira sakit gigi hanya berasal dari gigi, padahal gusi juga bisa jadi penyebabnya. Periodontitis adalah penyakit gusi kronis akibat penumpukan plak dan karang gigi yang dibiarkan terlalu lama yang dapat menyebabkan sakit gigi. Sehingga apabila tidak segera ditangani maka rasa sakit akan sering kambuh dan muncul kembali.

Gejala khas

    1. Gusi merah, bengkak, mudah berdarah.
    2. Bau mulut tak kunjung hilang meski rajin sikat gigi.
    3. Gigi terasa goyang.
    4. Kadang nyeri di sekitar gusi.

Kenapa obat tidak mempan?

Karena penyebab utamanya adalah penumpukan bakteri pada plak dan karang gigi. Obat tidak bisa membersihkannya. Untuk mengatasi rasa sakit, dapat dilakukan perawatan di dokter gigi seperti scaling dan root planing.

Tips mencegah

Rajin membersihkan gigi, menggunakan benang gigi (dental floss), melakukan scaling rutin tiap 6 bulan.

 

5. Gigi Retak (Cracked Tooth Syndrome)

Gigi bisa retak karena trauma (misalnya terbentur), kebiasaan menggertakkan gigi (bruxism), atau menggigit benda keras. Retakan ini sering tidak terlihat jelas, tapi bisa menimbulkan rasa sakit yang mengganggu.

Gejala khas

    1. Nyeri tajam saat menggigit atau mengunyah makanan keras.
    2. Sensitif terhadap panas/dingin.
    3. Kadang tidak terlihat retakannya secara jelas.

Kenapa obat tidak mempan?

Karena masalahnya ada pada struktur gigi, dokter gigi biasanya akan merekomendasikan perawatan penambalan gigi, dental crown (mahkota gigi), atau perawatan saluran akar tergantung tingkat keparahan retakan.

Tips mencegah

Hindari kebiasaan menggigit es, biji keras, atau membuka kemasan dengan gigi.

 

Kapan Harus ke Dokter Gigi?

Jika sakit gigi tidak kunjung sembuh lebih dari 2–3 hari, jangan hanya bergantung pada obat. Apalagi jika sudah minum Cataflam tapi gigi masih sakit atau nyeri makin parah. Segera periksa ke dokter gigi jika kamu mengalami:

Semakin cepat ditangani, semakin mudah pengobatannya dan mencegah komplikasi serius.

 

Kesimpulan

Sakit gigi yang tak kunjung sembuh adalah tanda ada masalah serius seperti:

  1. Gigi berlubang dalam
  2. Abses gigi
  3. Impaksi gigi bungsu
  4. Penyakit gusi atau
  5. Gigi retak

Obat hanya meredakan sementara, bukan solusi utama. Jadi, jika kamu bertanya-tanya “sakit gigi tak kunjung sembuh apa obatnya?”, jawabannya jelas: penanganan dari dokter gigi terdekat adalah langkah terbaik.

 

Referensi

  1. NHS website. (2017, October). Toothache. Nhs.uk. https://www.nhs.uk/symptoms/toothache/
  2. Jouhara, S., Nethaji, R., & Vimal, K. R. (2023). Exploring the causes, symptoms and management of toothache: A comprehensive review. International Journal of Pharmaceutical Research and Applications, 8(5), 73-78. https://doi.org/10.35629/7781-08057378

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *